Selasa, 22 Juli 2008

Lawak asli dalam negeri yang juga dari Nol besar

siapa yang tidak kenal dengan Warkop Prambors?

mereka biasa ngetop dengan nama Trio DKI adalah grup lawak yang awal dibentuk, sudah ada yang namanya Nanu Mulyono, Rudy Badil, Wahyu Sardono, Kasino Hadiwibowo dan Indrojoyo Kusumonegoro, lima mahasiswa Universitas Indonesia, Jakarta.

ereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Warkop yang merupakan singkatan dari "Warung Kopi" di radio Prambors. Acara lawakan setiap jum'at malam antara jam 20.30 s/d jam 21.15, disiarkan Radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias “Menteng pinggir.”

Dalam acara itu, Rudi Badil sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari Purbalingga berperan sebagai Mastowi (Tegal), Ubai (Ansori). Kasino yang asli Gombong perannya bermacam-macam, kadang berperan sebagai Mas Bei, Acing/Acong (Cina) dan Buyung (Padang). Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Tulo (Batak). Dono sendiri hanya berperan sebagai Mas Slamet.

Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot Radio Prambors, Timmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro.

Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom nite) SMP IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personil gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa di tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar 20.000. uang itu dirasakan para personil Warkop besar sekali, namun toh habis untuk traktir makan teman-teman mereka. Berikutnya mereka manggung di Tropicana, sebelum manggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi nyatanya hasilnya kembali lumayan.

Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar 'lahir' sebagai bintang baru dalam dunia lawak indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks), yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar 1 juta per pertunjukan atau dibagi empat orang, seorang pas kebagian 'no pek go ceng'.

Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim 'upeti' kepada radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktek 'upeti' itu.

Setelah puas manggung dan ngobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Melalui film, personil Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor 15 juta per-satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran duit, karena hampir tiap tahun mereka membintangi satu film di dekade 80-an. Malah beberapa tahun ada dua film Warkop sekaligus.

Kebanyakan film Warkop memang tidak dapat diedarkan secara internasional karena masalah pelanggaran hak cipta, yaitu digunakannya musik oleh komposer Henry Mancini tanpa ijin atau mencantumkan namanya dalam film. Beberapa film yang beredar di antaranya Mana Tahaaan... (1979), Gengsi Doong (1980), Pintar Pintar Bodoh (1980), Ge-Er (1980), Manusia 6.000.000 Dollar (1981), IQ Jongkok (1981), Setan Kredit (1981), Dongkrak Antik (1982), Chips (1982), Maju Kena Mundur Kena (1983), Itu Bisa Diatur (1984), Tahu Diri Dong (1986), Kesempatan Dalam Kesempitan, Gantian Dong Parkit, Pokoknya Beres, Jodoh Boleh Diatur, Atas Boleh Bawah Boleh (1986), Sama Juga Bohong (1986), Salah Masuk (1994), Pencet Sana Pencet Sini (1996), Saya Suka Kamu Punya, Mana Bisa Tahan, Lupa Aturan Main, Sabar Dulu Doong...!, Malu-malu Mau, Makin Lama Makin Asik, Sudah Pasti Tahan, Bagi-Bagi Dong, Godain Kita Dong, Saya Duluan Dong, Bisa Naik Bisa Turun, Bebas Aturan Main.

Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama.

Hingga saat ini personil Warkop yang masih ada hanya Indro. Kasino meninggal pada tahun 1997, sedangkan Dono menyusul pada tahun 2001. Indro sendiri sekarang telah mendirikan sebuah Persatuan Artis dan Pelawak Indonesia (PASKI). Di mana ia menjadi ketuanya

Untuk mewadahi aspirasi para penggemar Warkop, sekarang telah berdiri Lembaga Warkop DKI yang merupakan bentuk resmi ikatan kekeluargaan antara putra-putri Dono, Kasino dan Indro, mereka juga telah membuat websitenya. Visi dan misi Lembaga Warkop DKI ini adalah singkat, menjadi wadah aspirasi para penggemar WarkopDKI di manapun untuk tetap dapat merasakan, membayangkan, dan bernostalgia diblog ini

Dan yang pasti sampai detik anda membaca ini, belum ada grup sebesar mereka. ada yang mau mencoba?

(vincent dari banyak sumber)

Tidak ada komentar: