Selasa, 22 Juli 2008

Spielberg : profesor film yang tidak pernah sekolah film

Dalam dunia perfilman Amerika ini mulai menunjukkan kreatifitasnya pada perfilman Hollywood sejak tahun 70-an. Mungkin dialah pembuat film paling populer di dunia karena tiga film garapannya ("E.T. the Extra-Terrestrial" 1981; "Jurassic Park" 1993; "Jaws" 1975) masuk ke dalam jajaran 10 film top sepanjang masa. Rumah produksi miliknya yang terdahulu, Amblin Entertainment juga sukses membuat film hit seperti "Gremlins" (1984), "Back to the Future" (1985) dan "Who Framed Roger Rabbit" (1988).

Spielberg sukses mengombinasikan sudut pandang personalnya dan nilai-nilai epik modern yang dibutuhkan untuk menciptakan film blockbuster. Sejumlah film garapan Spielberg merupakan pengembangan dari special effects yang mutakhir, baik dari segi visual maupun aura yang tercipta. Spielberg bukanlah seorang teknokrat, ia juga bukan seorang intelektual serius yang mendalami science fiction. Spielberg menggunakan elemen sci-fi dan fantasi tapi ia menghindari ide-ide cenderung berat. Karya-karyanya telah memberi pengaruh besar pada akhir abad ke-20, terutama untuk film-film bertema sci-fi.

Tidak seperti orang seangkatannya, Spielberg tidak mengikuti kelas khusus film di universitas. Ia belajar secara otodidak ketika ia berusia 16 tahun dan membuat film sci-fi pertamanya "Firelight", film berdurasi 2 jam yang hanya diputar di daerah Phoenix, AZ. Film pendeknya, "Amblin'" (1969) berhasil memukau para eksekutif Universal Studio dan mereka memutuskan untuk mengangkat Spielberg sebagai pegawai. Ia melakukan debut penyutradaraannya pada film TV “Night Gallery” (NBC, 1969). Ia kemudian menggarap "Columbo" dan "Marcus Welby, M.D." Salah satu Film TV garapannya, "Duel" (ABC, 1972), tentang seorang salesman (Dennis Weaver) yang dikejar truk disel raksasa yang pengendaranya tidak terlihat, dirilis di Eropa dan mendapat kritik positif dan juga kesuksesan komersil.

Film teatrikal Spielberg yang pertama, "The Sugarland Express" (1974) dibuat berdasarkan kisah nyata perempuan Texas dan perjuangannya untuk mendapatkan hak asuh atas anaknya. Film ini menekankan pada nilai-nilai keluarga dan menegaskan posisinya sebagai sutradara yang filmnya wajib ditonton. Film kedua Spielberg, “Jaws” lebih diterima di pasaran karena temanya yang lebih up to date. Film yang bercerita tentang hiu ganas ini dengan mudah membawa Spielberg ke dalam daftar sutradara kelas A.

Film selanjutnya, "Close Encounters of the Third Kind" (1977), meperlihatkan minatnya pada dunia anak-anak. Walaupun tema film cenderung menakutkan, alien yang ditampilkan dalam film ini justru digambarkan sebagai sosok yang tidak berbahaya. Setelah menggarap 2 film blockbuster, Spielberg menggarap sebuah film komedi kolosal berbudget besar “1941” (1979) film ini berkisah tentang paranoia yang terjadi di kota kecil di daerah California, setelah peristiwa Pearl Harbor. Film ini dianggap sebagai film yang gagal walupun masih menghasilkan keuntungan. Selanjutnya, Spielberg memilih untuk bekerja dengan pengawasan produser ternama, George Lucas. Film garapannya kali ini berjudul “Raiders of the Lost Ark” (1981). Film ini memperkenalkan sosok Indiana Jones (Harisson Ford), seorang arkeolog dan petualang yang kemudian menjadi figur layar lebar terkenal setelah 2 film James Bond gagal dipasaran. Selama proses produksi, Spielberg merasa khawatir karena lokasi pengambilan gambar yang masih liar. Ia menjadi santai ketika di waktu senggang ia membuat cerita untuk film yang menampilkan figur anak-anak dan alien. Cerita inilah yang kemudian menjadi sebuah film terkenal, "E.T. The Extra-Terrestrial".

Sebagian besar film-film garapan sutradara yang lahir di Cincinnati, Ohio, 18 Desember 1946 ini, berkisah tentang hal-hal yang mengganggu sebuah keluarga dan hal-hal rutin yang ada dalam keseharian sebagai suatu kejahatan. Dalam film “Jaws,” sebuah pelabuhan yang aman dan pantai tempat berlibur diserang oleh hiu putih yang sangat ganas. Pahlawan dalam "The Sugarland Express" dan trilogi Indiana Jones diciptakan dari dunia normal yang kemudian menjadi dunia yang dipenuhi dengan petualangan, walaupun pada film yang kedua menghadirkan konsekuensi yang tragis. Sebagai pembuat film yang masih muda, Spielberg lebih memilih tema petualangan di dunia anak-anak (contohnya pada film "E.T.") daripada film kekerasan yang bersetting pada dunia nyata. Kolaborasinya dengan George Lucas dalam “Indiana Jones and the Temple of Doom" (1984), secara terpisah memiliki beberapa aspek rasis dan imperialis. Bahkan dalam karyanya yang mengadaptasi novel Alice Walker "The Color Purple" (1985), walaupun ada unsur rasis, kekerasan dalam rumah tangga dan lesbianisme, film ini telah menciptakan kembali gaya film Disney. Spielberg memang kurang memiliki kapasitas untuk membuat film horor, namun ia sukses menggantikan Tobe Hooper dalam penggarapan film "Poltergeist" (1982).

Perhatian spielberg pada aspek artistik dan komersil film dimulai pada pertengahan ahun 80-an, ketika ia memberikan lebih banyak waktu untuk memproduksi film. Ia memproduksi film-film yang temanya berbeda dari biasanya. Setelah film "The Color Purple" dan "Empire of the Sun", ia menggarap “Always" (1989), film romantis pertamanya dimana ia juga memasukkan unsur komitmen emosional, kehilangan dan kematian. Filmnya yang selanjutnya "Indiana Jones and the Last Crusade" (1989) menjadikan Harrison Ford dan Sean Connery sebagai pusat perhatian.

Melaui film Amblin, Spielberg melanjutkan produksi film fantasi, animasi dan genre film yang konvensional sampai tahun 90-an. Ia bahkan memperluas karyanya sampai serial antologi TV fantasi, "Amazing Stories" (NBC, 1985-87), untuk acara ini ia menjadi eksekutif produser dan membuat banyak cerita untuk acara tersebut. Namun, acara ini dinilai tidak memuaskan dan hanya satu seri yang cukup diminati, "Family Dog." Ia mendapat sukses besar ketika ia mebuat serial animasi anak-anak seperti “Tiny Toon Adventures" (1990-95), "Steven Spielberg Presents Animaniacs" (Fox, 1993-95; WB, 1995-1998 ) dan "Steven Spielberg Presents Pinky and the Brain" (The WB, 1995-1998); bersama dengan "Freakazoid" (1995-1997) dan juga "Toonsylvania" (1998). Keterlibatan Spielberg dengan animasi retro berkualitas tinggi dimulai ketika ia mebuat film "Who Framed Roger Rabbit?" (1988) yang merupakan film animasi perintis yang menggabungkan interaksi antara karakter hidup dengan kreasi animasi.

Pada layar lebar, "Hook" (1991) mengobati kerinduan para pecinta film fantasi. Film yang berbudget 60 juta dollar yang dibintangi oleh Dustin Hoffman, Robin Williams, and Julia Roberts, berhasil dalam jajaran film box office. Spielberg kemudian membuat film "Jurassic Park", sebuah film berbudget 70 juta dollar yang merupakan adaptasi dari novel karya Michael Crichton, berkisah tentang dinosaurus yang membawa bencana. Film ini dipenuhi dengan special effect yang menakjubkan. Dengan publisitas seadanya, film ini berhasil menjuarai box office dan menjadi salah satu film terlaris sepanjang tahun 90an.

Spielberg sedang membahas paska produksi "Jurassic Park" di Paris ketika George Lucas menawarkan penggarapan film drama tentang peristiwa Holocaust, "Schindler's List" (1993) di Polandia. Dibuat dalam bentuk film hitam-putih dan tanpa bintang besar, film drama dokumentasi yang berkisah tentang penderitaan orang Yahudi yang menjadi korban kekerasan Nazi. Film ini menghasilkan respek yang sangat positif bagi perjalanan karir Spielberg. Film ini mengantarkan Spielberg sebagai seorang master dalam dunia perfilaman. (Film ini mendapat 7 Oscar, termasuk untuk kategori Best Picture dan Best Director).

Ia kemudian membuat sequel "The Lost World: Jurassic Park" (1997) dan drama historis "Amistad" (1997). Pada tahun berikutnya, ia menyutradarai film yang berkisah tentang Perang Dunia II "Saving Private Ryan". Sebuah film fiksi berdurasi 3 jam yang menghasilkan 200 juta dollar dan 11 nominasi Oscar. Pada musim gugur tahun 1994, bersama dengan David Geffen dan Jeffrey Katzenberg, Spielberg membentuk sebuah perusahaan hiburan multimedia, DreamWorks SKG, yang dapat memproduksi live-action dan figur animasi, program TV, perekam dan software interaktif komputer dengan pengeluaran yang lebih efisien.

Produksi pertama DreamWorks kurang mendapat perhatian, namun tidak demikian dengan "Spin City" (ABC, 1996- ) yang menjadi hit. Sementara itu, "Champs" (ABC, 1996) dan "High Incident" (ABC, 1996-97) datang dan pergi begitu saja. Film pertama garapan DreamWorks "The Peacemaker" (1997), sebuah thriller tentang nuklir, tidak terlalu suikses di box office. Namun, studio tersebut mulai meraih sukses ketika ia bekerjasama dengan studio lain dalm memproduksi film-film, seperti "Saving Private Ryan," "Shrek," "The Ring," "Gladiator," "Galaxy Quest," "American Beauty," "A Beautiful Mind," "Meet the Parents" dan "Minority Report."

Spielberg juga meraih sukses pada televisi, ia menjadi eksekutif produser dalam drama yang berlatar rumah sakit, "ER" (1994- ), miniseri sci-fi berating tinggi "Taken" (2002) dan "Into the West" (2005). Karyanya yang paling impresif (untuk TV) adalah miniseri yang ditayangkan oleh HBO, "Band of Brothers" (2001), berkisah tentang tentara Amerika.

Namun, hasratnya yang terbesar adalah dalam bidang penyutradaraan. ia kemudian membuat film "A.I. Artificial Intellegence" (2001), film sci-fi yang kisahnya mirip dengan dongeng pinokio. Namun film ini gagal di pasaran. la kemudian menggarap "Minority Report" (2002) dan memerangkap Tom Cruise untuk bermain dalam film ini. Selanjutnya, ia menggaet bintang yang sedang bersinar pada masa itu, Leonardo DiCaprio untuk bermain dalam film "Catch Me If You Can," yang merupakan kisah nyata Frank Abagnale, Jr, orang termuda yang menjadi buronan FBI.

Spielberg kembali bekerjasama dengan Tom Hanks dalam film "The Terminal" (2004). Dalam film ini, Hanks bermain sebagai imigran asal Eropa Timur yang karena masalah politis terpaksa tertahan di airport New York sampai dokumen-dokumen miliknya disahkan. Spielberg kemudian membuat film sci-fi lainnya, yang merupakan remake karya H.G. Wells "War of the Worlds" (2005). Dalam penggarapan film ini, Ia kembali bekerjasama dengan Tom Cruise. Pada akhir tahun 2005, Spielberg membuat film "Munich" (2005), sebuah film yang berlatar olimpiade Munich, 1972. Untuk film ini, Spielberg bekerjasama dengan penulis naskah Eric Roth dan Tony Kushner, dengan harapan mereka dapat membuat naskah yang seimbang untuk mencegah terjadinya polarisasi kepentingan tertentu yang mungkin akan terjadi, mengingat ada hal-hal yang berbau politis di dalamnya. Film ini dibintangi oleh Eric Bana, Daniel Craig, Geoffrey Rush dan sejumlah bintang yang belum terkenal. (Rianti/pelbagai sumber)

dan pada akhirnya selalu ada pertanyaan, untuk apa pendidikan yang tingii dan mahal ketika kesemuanya itu tidak berguna? justru hal hal yang kita senangi bisa menghidupi kita...

salam untuk kehidupan anda

Tidak ada komentar: